Cairan infus adalah cairan yang digunakan untuk mengganti atau memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Cairan infus dapat berupa cairan elektrolit, cairan dekstrosa, cairan hipoosmolar, dan lainnya. Kebutuhan cairan infus ini harus diukur dengan tepat agar tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup dan tidak berlebihan. Oleh karena itu, perlu adanya cara yang tepat untuk menghitung kebutuhan cairan infus.
1. Menghitung Kebutuhan Cairan Infus Berdasarkan Berat Badan Pasien
Cara pertama untuk menghitung kebutuhan cairan infus adalah dengan menggunakan berat badan pasien. Kebutuhan cairan infus yang dihitung berdasarkan berat badan pasien ini disebut dengan kebutuhan cairan basal. Kebutuhan cairan basal biasanya adalah 20-30 ml/kg berat badan pasien. Jika pasien berat badannya adalah 60 kg, maka kebutuhan cairan basalnya adalah 12-18 liter per hari. Jika pasien mengalami diare atau muntah, maka kebutuhan cairan basalnya bisa lebih banyak dari itu.
2. Menghitung Kebutuhan Cairan Infus Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Energi
Cara kedua untuk menghitung kebutuhan cairan infus adalah dengan menggunakan perhitungan kebutuhan energi. Kebutuhan cairan infus yang dihitung berdasarkan perhitungan kebutuhan energi disebut dengan kebutuhan cairan non-basal. Kebutuhan cairan non-basal biasanya adalah 30-40 ml/kcal yang dibutuhkan pasien. Jika pasien membutuhkan 2000 kcal per hari, maka kebutuhan cairan non-basalnya adalah 60-80 liter per hari. Namun, jika pasien mengalami diare atau muntah, maka kebutuhan cairan non-basalnya lebih banyak dari itu.
3. Menghitung Kebutuhan Cairan Infus Berdasarkan Perhitungan Output Urin Pasien
Cara ketiga untuk menghitung kebutuhan cairan infus adalah dengan menggunakan perhitungan output urin pasien. Jika pasien mengalami diare atau muntah, maka kebutuhan cairan infusnya akan bertambah. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak cairan yang harus diberikan kepada pasien untuk mengganti cairan yang hilang. Output urin normal adalah 0,5-1 ml/kg berat badan per jam. Jika pasien berat badannya adalah 60 kg, maka kebutuhan cairan infus untuk mengganti output urin normalnya adalah 30-60 liter per hari.
4. Menghitung Kebutuhan Cairan Infus Berdasarkan Kebutuhan Cairan Pasca Bedah
Cara keempat untuk menghitung kebutuhan cairan infus adalah dengan menggunakan kebutuhan cairan pasca bedah. Pasien yang baru menjalani operasi biasanya memerlukan asupan cairan yang lebih besar dibandingkan pasien yang tidak menjalani operasi. Hal ini karena pasien yang baru menjalani operasi memerlukan asupan cairan untuk membantu proses penyembuhan. Kebutuhan cairan pasca bedah biasanya adalah 20-30 ml/kg berat badan pasien per jam. Jika pasien berat badannya adalah 60 kg, maka kebutuhan cairan pasca bedahnya adalah 1,2-1,8 liter per jam.
5. Menghitung Kebutuhan Cairan Infus Berdasarkan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Terserang Infeksi
Cara kelima untuk menghitung kebutuhan cairan infus adalah dengan menggunakan kebutuhan cairan pada pasien yang terserang infeksi. Pada pasien yang terserang infeksi, dibutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam. Kebutuhan cairan pada pasien terserang infeksi biasanya adalah 50-100 ml/kg berat badan pasien per jam. Jika pasien berat badannya adalah 60 kg, maka kebutuhan cairan infus untuk pasien terserang infeksi adalah 3-6 liter per jam.
6. Menghitung Kebutuhan Cairan Infus Berdasarkan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Dengan Kehilangan Darah
Cara keenam untuk menghitung kebutuhan cairan infus adalah den